Hari Bahasa Ibu Internasional, Gerakan Berdarah dan Spirit Pelestarian Bahasa Lokal
Oleh: Galih Syahbatul Arkom
Hari ini, 21 Februari 2021, seluruh dunia memperingati International Mother Language Day atau Hari Bahasa Ibu Internasional, peringatan ini sebagai penekanan dan penyadaran betapa pentingnya melestarikan budaya serta mempromosikan keberagaman bahasa.
Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional tak lepas dari tragedi berdarah di Asia Selatan tepatnya di Bangladesh, Hari Bahasa Ibu Internasional merupakan sebuah bentuk penghormatan terhadap Gerakan Bahasa Ibu yang dilakukan oleh orang-orang Bangladesh (saat itu masih Pakistan Timur).
Gerakan ini dilatarbelakangi oleh keputusan Pemerintah Pakistan pada tahun 1948, yang mendeklarasikan bahasa Urdu sebagai bahasa satu-satunya bahasa Nasional Pakistan meskipun orang-orang yang menggabungkan Pakistan Timur dan Pakistan Barat mayoritas berbahasa Bengali dan Bangla. Hal ini menimbulkan gejolak di tubuh rakyat Pakistan Timur, karena menganggap deklarasi tersebut merupakan suatu diskriminasi terhadap bahasa ibu mereka, yaitu bahasa Bangla.
Di Majelis Konstituante Pakistan pada 23 Februari 1948, Dhirendranath Datta dari Pakistan Timur mengajukan bahasa Bangla sebagai salah satu bahasa Nasional Pakistan.
Buntut dari keputusan pemerintah tersebut, muncul banyak demontrasi dari kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum. Demi membendung gelombang protes sebagai bentuk meningkatnya sektarian dan ungkapan rasa tidak puas, pemerintah pakistan melarang diadakannya pertemuan publik dan unjuk rasa.
21 Februari 1952, Mahasiswa Universitas Dhaka dan aktivis politik melancarkan Demonstrasi besar-besaran dan mencapai puncak ketika polisi melepaskan tembakan yang menyebabkan gugurnya beberapa demonstran dan ratusan yang lain mengalami luka-luka.
Untuk menghormati terhadap tragedi tragis tersebut, Rafiqul Islam dan Abdus Salam mencetuskan pada tanggal 21 Februari merupakan Hari Libur Nasional di Bangladesh.
Pada tanggal 9 Januari 1998, mereka mengirimkan surat kepada Sekjen PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan meminta agar penyelamatan dan perlindungan terhadap bahasa dunia agar tidak mengalami kepunahan dengan mencetuskan Hari Bahasa Ibu Internasional.
Menilik reka sejarah masa lampau, seharusnya dapat menggugah spirit masyarakat dunia dalam melestarikan bahasa daerah masing-masing. Tak bisa dipungkiri, dominasi bahasa internasional yakni bahasa Inggris, Mandarin, dll, perlahan menggerus bahasa-bahasa lokal, momentum Hari Bahasa Ibu Internasional harusnya menjadi pengingat tahunan dalam upaya melestarikan budaya dan bahasa-bahasa lokal.
Komentar
Posting Komentar