1453 M angka keramat penaklukan kota konstantinopel oleh anak berusia 21 tahun, Sultan Muhammad Al Fatih.


Muhammad Al Fatih merupakan Sultan Turki Ottoman yang berkuasa selama dua periode, yakni sejak Agustus 1444-September 1446, dan Februari 1451-Mei 1481.

Ia terkenal sebagai penakluk Konstantinopel (sekarang Istanbul, Turki), yang sekaligus mengakhiri riwayat Kekaisaran Romawi Timur.

Setelah naik takhta di usia 12 tahun, Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel pada usia 21 tahun.
Berkat pencapaiannya, Mehmed II dianggap sebagai pahlawan di Turki dan Istanbul, sehingga namanya diabadikan di beberapa kawasan seperti Distrik Fatih, Masjid Fatih dan Jembatan Fatih Sultan Mehmed.

Konstantinopel merupakan kota umat Islam yang sebelum nya menjadi kiblat pertama umat Islam yaitu Baitul maqdis. Selamat 1000 tahun lebih konstantinopel tidak pernah ditaklukkan oleh siapapun, dan pada akhirnya tepat pada Jumat, 29 Mei 1453 M, pasukan Muhammad Al Fatih berhasil merebut kembali kota para nabi dan kiblat pertama umat muslim tersebut.

Pada masa pemerintahannya yang kedua, Muhammad Al Fatih bertekad untuk memperkuat angkatan laut Ottoman dan berusaha merebut kembali Konstantinopel dari Kekaisaran Romawi Timur. Keinginannya ini pun dapat terwujud hanya dalam waktu dua tahun. Pada awal 1453, ia mengerahkan 80.000-200.000 pasukan Ottoman, artileri, dan 320 kapal perang untuk mengepung Konstantinopel. Pada awal April 1453, Muhammad Al Fatih menyerang Konstantinopel dan mengepungnya. Pengepungan berlangsung selama 53 hari, sampai akhirnya Konstantinopel jatuh pada 29 Mei 1453. Pihak Konstantinopel yang dipimpin oleh Kaisar Constantine XI sebenarnya mendapatkan bantuan dari para pembelot Ottoman dan Vatikan. Namun, mereka tetap tidak kuasa membendung kekuatan Muhammad Al Fatih dan pasukannya.

Sultan Muhammad II juga menyiapkan lebih dari 4 juta prajurit yang akan mengepung Konstantinopel dari darat. Pada saat mengepung benteng Bizantium banyak pasukan Utsmani yang gugur karena kuatnya pertahanan benteng tersebut. Pengepungan yang berlangsung tidak kurang dari 50 hari itu, benar-benar menguji kesabaran pasukan Utsmani, menguras tenaga, pikiran, dan perbekalan mereka.

Benteng tersebut terdiri dari 4 lapis, lapisan pertama merupakan parit, lapisan kedua, ketiga dan ke empat merupakan tembok yang rata-rata memiliki lebar 6 meter dan tinggi 18 meter. Pasukan Islam menggempur benteng tersebut menggunakan meriam dengan ukuran besar, namun diketahui setelah dimedan pertempuran meriam tersebut memiliki reload yang lama sekitar 3 jam, selain itu pasukan konstantinopel dengan cepatnya langsung memperbaiki tembok yang rusak bekas tembakan meriam, alhasil dari kejadian tersebut mengharuskan sultan Muhammad Al Fatih dan pasukan nya menggunakan strategi yang berbeda.

Pertahanan yang tangguh dari kerajaan besar Romawi ini terlihat sejak mula. Sebelum musuh mencapai benteng mereka, Bizantium telah memagari laut mereka dengan rantai yang membentang di semenanjung Tanduk Emas. Tidak mungkin bisa menyentuh benteng Bizantium kecuali dengan melintasi rantai tersebut.

Akhirnya Sultan Muhammad menemukan ide yang ia anggap merupakan satu-satunya cara agar bisa melewati pagar tersebut. Ide ini mirip dengan yang dilakukan oleh para pangeran Kiev yang menyerang Bizantium di abad ke-10, para pangeran Kiev menarik kapalnya keluar Selat Bosporus, mengelilingi Galata, dan meluncurkannya kembali di Tanduk Emas, akan tetapi pasukan mereka tetap dikalahkan oleh orang-orang Bizantium Romawi. Sultan Muhammad melakukannya dengan cara yang lebih cerdik lagi, ia menggandeng 70 kapalnya melintasi Galata ke muara setelah meminyaki batang-batang kayu. Hal itu dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, tidak sampai satu malam.

Di pagi hari, Bizantium kaget bukan kepalang, mereka sama sekali tidak mengira Sultan Muhammad dan pasukannya menyeberangkan kapal-kapal mereka lewat jalur darat. 70 kapal laut diseberangkan lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar, menebangi pohon-pohonnya dan menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam adalah suatu kemustahilan menurut mereka, akan tetapi itulah yang terjadi.

Peperangan dahsyat pun terjadi, benteng yang tak tersentuh sebagai simbol kekuatan Bizantium itu akhirnya diserang oleh orang-orang yang tidak takut akan kematian. Akhirnya kerajaan besar yang berumur 11 abad itu jatuh ke tangan kaum muslimin. Peperangan besar itu mengakibatkan 265.000 pasukan umat Islam gugur. Pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H bersamaan dengan 29 Mei 1453 M, Sultan al-Ghazi Muhammad berhasil memasuki Kota Konstantinopel. Sejak saat itulah ia dikenal dengan nama Sultan Muhammad al-Fatih, penakluk Konstantinopel.

Saat memasuki Konstantinopel, Sultan Muhammad al-Fatih turun dari kudanya lalu sujud sebagai tanda syukur kepada Allah. Setelah itu, ia menuju Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan menggantinya menjadi masjid. Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota, pusat pemerintah Kerajaan Utsmani dan kota ini diganti namanya menjadi Islambul yang berarti negeri Islam, lau akhirnya mengalami perubahan menjadi Istanbul.

Setelah itu rentetat penaklukkan strategis dilakukan oleh Sultan Muhammad al-Fatih; ia membawa pasukannya menkalukkan Balkan, Yunani, Rumania, Albania, Asia Kecil, dll. bahkan ia telah mempersiapkan pasukan dan mengatur strategi untuk menaklukkan kerajaan Romawi di Italia, akan tetapi kematian telah menghalanginya untuk mewujudkan hal itu.

Pada bulan Rabiul Awal tahun 886 H/1481 M, Sultan Muhammad al-Fatih pergi dari Istanbul untuk berjihad, padahal ia sedang dalam kondisi tidak sehat. Di tengah perjalanan sakit yang ia derita kian parah dan semakin berat ia rasakan. Dokter pun didatangkan untuk mengobatinya, namun dokter dan obat tidak lagi bermanfaat bagi sang Sultan, ia pun wafat di tengah pasukannya pada hari Kamis, tanggal 4 Rabiul Awal 886 H/3 Mei 1481 M. Saat itu Sultan Muhammad berusia 52 tahun dan memerintah selama 31 tahun. Ada yang mengatakan wafatnya Sultan Muhammad al-Fatih karena diracuni oleh dokter pribadinya Ya’qub Basya, Allahu a’lam.

Tidak ada keterangan yang bisa dijadikan sandaran kemana Sultan Muhammad II hendak membawa pasukannya. Ada yang mengatakan beliau hendak menuju Itali untuk menaklukkan Roma ada juga yang mengatakan menuju Prancis atau Spanyol.

Sebelum wafat, Muhammad al-Fatih mewasiatkan kepada putra dan penerus tahtanya, Sultan Bayazid II agar senantiasa dekat dengan para ulama, berbuat adil, tidak tertipu dengan harta, dan benar-benar menjaga agama baik untuk pribadi, masyarakat, dan kerajaan.

Semoga Allah membalas jasa-jasamu wahai Sultan Muhammad al-Fatih

Penulis: Rofiqi
Sumber: berbagai sumber

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GAWAT DARURAT : IDEALISME MAHASISWA TERGONCANG

Seminar Nasional dan Dies Natalis HIMADITA Ke-8, Ketua Umum Harapkan Keharmonisan Dalam Organisasi.

Gelar Acara Pembukaan Momen Relationship Himadita 2024, Tekankan Loyalitas, Profesionalisme, dan Kekeluargaan