Menolak AMNESIA Tragedi Trisakti 12 Mei 1998


Tepat pada tanggal 12 Mei 1998 atau 25 tahun yang lalu merupakan tragedi kelam bagi keluarga besar Mahasiswa Indonesia, pasalnya hari itu merupakan peristiwa dimana tewasnya 4 orang saudara kita, diantaranya yaitu;

1. Elang Mulia Lesmana (1978-1998)
2. Heri Hertanto (1977-1998)
3. Hafidin Royan (1976-1998)
4. Hendriawan Sie (1975-1998).

Tragedi Trisakti adalah peristiwa yang terjadi pada akhir dari masa pemerintahan Soeharto, tepatnya pada tanggal 12 Mei 1998. Saat itu, keadaan Indonesia sedang sangat kacau dari berbagai sektor.

Krisis ekonomi, krisis politik, krisis hukum, dan krisis kepercayaan tengah melanda di Indonesia. Seluruh masyarakat Indonesia menderita dan merasa tak puas dengan kinerja pemerintahan Soeharto. Alhasil, para mahasiswa dan masyarakat bersatu untuk melakukan aksi demonstrasi besar-besaran.

Mahasiswa pada saat itu melakukan demonstrasi besar-besaran agar Suharto turun dari jabatan nya sebagai orang nomor satu di Indonesia yaitu presiden. Aksi tersebut dikatakan berhasil namun harus dibayar dengan nyawa 4 saudara kita yang gugur karena tembakan dari aparat keamanan.

Sejarah dan Kronologi Tragedi Trisakti

Tragedi Trisakti didasari dengan goyahnya situasi di Indonesia dari segala aspek, mulai dari krisis ekonomi, krisis politik, krisis kepercayaan, dan krisis hukum. Akibat krisis tersebut, para mahasiswa melakukan demonstrasi untuk menuntut Presiden Soeharto agar segera mundur dari jabatannya.

Dilansir laman resmi Universitas Trisakti, aksi demonstrasi dilakukan pada tanggal 12 Mei 1998 yang dimulai pukul 10.30 WIB. Para mahasiswa Universitas Trisakti saat itu tengah berkumpul di parkiran depan Gedung Syarif Thayeb. Terdapat juga para dosen dan pejabat fakultas, dan para karyawan universitas.

Lalu, pukul 10.45 WIB-11.00 WIB, penurunan bendera setengah tiang dilakukan oleh demonstran sembari menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah itu, sebagai bentuk kesedihan terhadap situasi di Indonesia, demonstran melakukan hening cipta.

Aksi tersebut masih berlangsung damai. Lalu, pada pukul 12.25 WIB, keadaan menjadi panas karena sejumlah aparat mulai berdatangan. Namun, demonstran tidak terpancing dan tetap fokus dalam melaksanakan aksi demo dengan berjalan menuju gerbang arah Jalan Jendral S. Parman untuk menyampaikan aspirasi mereka kepada DPR/MPR.

Kemudian, pukul 12.40 WIB, saat demonstran menuju Gedung DPR/MPR, mereka terhadang di depan kantor Wali Kota Jakbar. Lalu, terjadi diskusi antara kedua belah pihak. Setelah berdiskusi, kedua belah pihak akhirnya mundur tepat pada pukul 16.45 WIB.

Namun, tepat pada pukul 17.05 WIB, saat demonstran tengah mundur, sejumlah aparat yang tergabung di dalam barisan mengejek dengan melontarkan kata-kata kasar dan kotor kepada mahasiswa. Alhasil, situasi yang sudah damai tiba-tiba menjadi panas.

Situasi sangat memanas ketika aparat melakukan penembakan secara membabi buta. Tak hanya itu, mereka melemparkan gas air mata ke arah mahasiswa serta melakukan aksi pemukulan dengan pentungan. Bahkan, sejumlah aparat dikatakan juga melakukan pelecehan seksual kepada mahasiswa yang tergabung dalam demonstran.

Aparat yang berada di atas jembatan layang juga melakukan aksi penembakan. Mereka menembak ke arah mahasiswi yang tengah berlarian di dalam kampus Universitas Trisakti.

Akibat tembakan tersebut, empat mahasiswa kehilangan nyawanya. Tiga dari 4 mahasiswa yang gugur meninggal seketika di kampus, sedangkan satu lainnya meninggal di rumah sakit dan beberapa puluhan mahasiswa lain nya mengalami luka-luka dibagian tubuhnya.

Hingga saat ini, peristiwa tersebut tidak akan pernah dilupakan. Setiap Hari Peringatan Tragedi Trisakti 12 Mei, mahasiswa dari seluruh Indonesia biasanya akan berkumpul dan berkabung untuk mengenang kembali empat korban yang tewas akibat Tragedi Trisakti 12 Mei.

Sebagai penerus dari pendahulu-pendahulu kita, alangkah lebih baiknya kita mengirimkan doa kepada 4 orang saudara kita yang telah lebih dahulu meninggalkan kita.

Penulis : Rofiqi
Sumber : Berbagai sumber

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GAWAT DARURAT : IDEALISME MAHASISWA TERGONCANG

Seminar Nasional dan Dies Natalis HIMADITA Ke-8, Ketua Umum Harapkan Keharmonisan Dalam Organisasi.

Gelar Acara Pembukaan Momen Relationship Himadita 2024, Tekankan Loyalitas, Profesionalisme, dan Kekeluargaan