Dinilai Tidak Demokratis, Hasil Formusti Dipertanyakan Anggota HMJ-M

 


JEMBER – Tepatnya pada hari Selasa (19/07/2022), Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen (HMJ-M) telah melangsungkan Forum Musyawarah Tertinggi (Formusti) dan menetapkan Moch. Fahrul Firmansyah selaku Ketua Umum periode 2022-2023. Penetapan ketua umum baru ini dilaksanakan di Institut Teknologi dan Sains Mandala (ITSM). Kegiatan yang berjalan dengan cepat ini meninggalkan banyak pertanyaan mengganjal yang akhirnya membuat bingung beberapa anggota HMJ-M.


Seorang anggota HMJ-M yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan, kegiatan yang dilaksanakan ini banyak menimbulkan pertanyaan dan dugaan. Baik dari agenda kegiatan, Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) pengurus, hingga pemilihan ketua umum-nya. Untuk agendanya sendiri, narasumber mengatakan bahwa kegiatan tidak sesuai dengan agenda yang sudah ditetapkan. Kebingungan yang diutarakan narasumber tersebut diperkuat dengan adanya rundown yang menyebutkan bahwa kegiatan pleno 4 akan dilakukan pada hari berikutnya yaitu hari Rabu, tanggal 20 Juli 2022.

"Karena pembahasan tatib serta pembahasan AD/ART organisasi yang cukup memakan waktu, saya izin untuk pulang dari kampus terlebih dahulu. Akan tetapi, entah ada improvisasi apa di kegiatan tersebut yang menyebabkan pleno 1, pleno 3, dan pleno 4 sudah selesai semua. Hal ini membuat banyak yang kebingungan. Terkait pemilihan ketua umum, ini jelas cacat formil dikarenakan sudah tidak sesuai agenda acara. Lalu apakah dengan dilaksanakannya pemilihan pada jam-jam tersebut menjamin efektivitas dan kondusifnya forum? Jelas tidak efektif dan kondusif," ungkapnya.


Tidak hanya permasalahan tentang berlangsungnya kegiatan, proses pemilihan ketua umum juga membuat beberapa pihak kebingungan. Alasan pertama adalah karena jadwal pemilihan yang tidak sesuai, dan yang kedua karena timeline penyebaran informasi yang dinilai kurang masuk akal.

"Karena jadwal pemilihan pada hari kedua, maka banyak yang pulang dan akan datang pada pemilihan hari Rabu. Jadi tidak tahu kalau proses pemilihan dilanjutkan pada hari pertama. Kemudian penyebaran pamflet persyaratan mencalonkan diri menjadi ketua umum di jam 01.38 pagi, dan penyebaran pamflet ketua umum terpilih di jam 06.03 pagi. Dengan adanya timeline ini, pemilihan ketua umum baru terkesan terburu-buru dan tidak memberikan kesempatan pada pihak lain yang ingin mencalonkan diri. Ditambah kampus ITSM yang sudah ditutup pada jam tersebut, sehingga akan sulit untuk pihak lain yang akan mendaftar," jelas narasumber.


Menanggapi hal tersebut, Hamdani Lubis selaku Ketua Panitia Formusti mengungkapkan bawah berlangsungnya acara sudah disesuaikan dengan kesepakatan forum yang disetujui. Jadi tidak ada hal-hal yang diambil secara sepihak tanpa memperhitungkan keputusan forum.

"Biasanya acara Formusti itu dua hari, tapi itu dijadikan satu hari. Kenapa dijadikan satu? Kita tidak bisa menghentikan forum. Itu forum, yang mempunyai hak suara paling tinggi anggota forum. Sebagai pimpinan sidang, dia hanya mengatur jalannya forum," tuturnya.


Untuk menguatkan, Moch. Fahrul Firmansyah selaku Ketua Umum terpilih juga mengungkapkan alasan yang sama perihal berlanjutnya acara. Ia juga menambahkan bahwa tenaga juga menjadi alasan utama.

"Pertama, dalam sidang-sidang tahunan terutama reformasi itu tergantung dari kesepakatan forum. Kita tidak bisa mengatur. Misalnya jam sepuluh kita rehat sampai besok, tidak bisa. Kemarin sudah ada yang mengusulkan untuk rehat, cuma teman-teman itu berbicara tenaga dari pagi jadi sekaligus diselesaikan sampai sidang LPJ. Juga dari sie acara memberitahukan bahwasannya terkait persyaratan-persyaratan yang sudah diajukan itu sudah diplenokan atau sudah dikonsideratkan dan itu langsung disebar. Otomatis, teman-teman melihat dari kondisi forum juga mengiyakan untuk dilanjut. Ini juga sebagai evaluasi bersama. Berbicara tentang kesepakatan forum, kita juga bisa menganalisa bagaimana tenaga teman-teman. Sedangkan yang hadir waktu itu kebanyakan panitia," tambahnya

Kemudian, ia juga mengungkapkan perihal apa saja yang ingin ia dibenahi dari HMJ-M. Hal ini dikarenakan ada beberapa persepsi yang muncul mengenai HMJ-M.

"Pertama, terkait rasa kepemilikan HMJ-M. Temen-temen terkadang menyepelekan bahwasannya HMJ-M itu sekadar dibuat formalitas. Berbicara kegiatan-kegiatan ataupun proker yang sudah dipersiapkan di kepengurusan yang baru, ya monggo partisipasinya dari anggota. Biar tidak terkesan HMJ-M itu cuma milik beberapa orang, tapi HMJ-M itu milik kita semua," pungkasnya.


Saat ditemui perilah isu ini, Nurul Arifin selaku mantan Ketua Umum enggan memberikan penjelasan apa-apa. Ia hanya menegaskan bahwa apabila ada yang bertanya atau menyinggung soal Formusti, maka bisa langsung menemuinya.

"Kalau misalkan ngomong masalah Formusti, biar arahkan ke saya saja," tegasnya.


Dengan adanya isu ini, pihak-pihak narasumber yang merasa langkah HMJ-M kurang bijaksana berharap agar ada solusi dan langkah terbaik yang bisa diambil. Kemudian untuk harapan lainnya adalah agar HMJ-M bisa berjalan selayaknya eksekutif lembaga kampus yang bisa lebih dipercaya.


Reporter : Vifky Choirun Nissa & Novia Nur Aliftiani

Penulis Berita : Novia Nur Aliftiani


Komentar

Postingan populer dari blog ini

GAWAT DARURAT : IDEALISME MAHASISWA TERGONCANG

Seminar Nasional dan Dies Natalis HIMADITA Ke-8, Ketua Umum Harapkan Keharmonisan Dalam Organisasi.

Gelar Acara Pembukaan Momen Relationship Himadita 2024, Tekankan Loyalitas, Profesionalisme, dan Kekeluargaan