Riyanto, sosok pejuang kemanusiaan dikala hari Natal.
Jember, 25 Desember 2022.
Bantuan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama ( Banser NU) selalu diingat ketika Hari Raya Natal tiba. Salah satu anggotanya, Riyanto mati syahid akibat ledakan bom saat berjaga pada malam Natal di Gereja Jemaat Pantekosta Indonesia atau GSJPDI Eben Haezer Mojokerto, Jawa Timur.
Kisah Riyanto yang terjadi 22 tahun silam itu perlu kembali kita refleksikan Natal tahun ini. Melalui sebuah thread di Twitter, akun resmi Jaringan Gusdurian menceritakan ulang peristiwa yang menimpa anggota Banser Kota Mojokerto tersebut.
Waktu itu, Ramadhan hari ke-20, bertepatan tanggal 24 Desember 2000. Riyanto berpamitan kepada ibunya tidak berbuka puasa di rumah. Ia izin berbuka bersama rekan-rekan anggota Banser lainnnya sekaligus mempersiapkan penjagaan di Gereja Eben Haezer Mojokerto.
Aktivitas menjaga gereja oleh Banser memang rutin dilakukan sejak 1996. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) saat itu, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menginstruksikan kepada Banser untuk menjaga gereja sebagai buntut dari kerusuhan dan pembakaran gereja di Situbondo, Jawa Timur.
Satu waktu, Gus Dur pernah mendapat pertanyaan tentang hukum menjaga gereja. Gus Dur pun menjawab, 'Kamu niatkan jaga Indonesia bila kamu enggak mau jaga gereja. Sebab gereja itu ada di Indonesia, Tanah Air kita. Tidak boleh ada yang mengganggu tempat ibadah agama apa pun di bumi Indonesia'.
Pada 2000, penjagaan di gereja dianggap juga sangat penting menyusul sejumlah teror yang terjadi. Pada 1 Agustus Bom meledak di Kantor Kedutaan Filipina di Jakarta dan pada 13 September bom meledak di lantai parkir Bursa Efek Jakarta.
"Riyanto juga izin untuk tidak pulang pada malam harinya. Ia ingin beriktikaf di masjid selepas menjaga gereja," tulis akun resmi Twitter Jaringan Gusdurian, @GUSDURians dikutip, Minggu (25/12/2022). Saat menjaga Gereja Eben Haezer bersama tiga rekannya, sekitar pukul 20.30 WIB, Riyanto mendapat laporan adanya benda mencurigakan di depan gereja dari jemaat. Bentuknya bungkusan tas plastik dan tas berisi kado di bawah telepon umum depan gereja.
Riyanto kemudian berinisiatif mengambil dan menyerahkan ke polisi yang berjaga. Setelah dicek ternyata bungkusan plastik itu berisi bom. Petugas yang berjaga kemudian meminta semua menjauh dan tiarap. Namun Riyanto justru membawa lari benda itu, menjauhkan dari gereja.
"Saat berusaha mengamankan itulah, bom meledak. Tubuhnya terpelanting sejauh 30 meter. Tak lama kemudian bom kedua juga meledak," tulis @GUSDURians.
Tidak ada jemaat yang menjadi korban jiwa. Namun, Riyanto wafat. Tepat saat nuraninya terketuk untuk menyelamatkan kehidupan manusia.
"Nama Riyanto kemudian diabadikan sebagai nama jalan, sosoknya sangat menginspirasi.
Untuk Riyanto dan semua pejuang kemanusiaan Alfatihah.
Penulis: Rofiqi
Sumber : @GUSDURians.
Komentar
Posting Komentar